Jakarta - Dirjen
Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan mengatakan kekerabatan
sangat berpengaruh pada keterpilihan. Kepala daerah diuntungkan dengan
akses pada birokrasi, program, maupun anggaran daerah.
“Namun, politik kekerabatan ini
menunjukkan akar feodalisme dan tradisi monarki di Indonesia belum
sepenuhnya berubah. Bukan meritokrasi yang melandasi Pemilu Kada,
melainkan nepotisme dan kolusi,” ujarnya di Jakarta, Minggu (10/3/2013).
Hingga kini pemerintah mengidentifikasi
sudah ada 57 kepala daerah yang membangun dinasti politik lokal.
Sebagian besar kandidat yang kerabat petahana terpilih kembali.
Namun, setidaknya 17 calon yang kerabat
petahana kalah. Adapun dari 57 nama tersebut, enam kandidat masih
bertarung dalam Pemilu Kada.
Umumnya mereka merupakan suami, istri, anak, ayah, kakak, saudara ipar diajukan menggantikan kepala daerah petahana.
Sementara itu, pengamat politik LIPI
Syamsuddin Haris menyatakan, walaupun kebijakan tersebut bertujuan untuk
menghindari politik dinasti, pelarangan tersebut pada dasarnya
membatasi hak konstitusi.
Menurutnya, hal terpenting dalam pemilu
kada ini yaitu bagaimana menjamin pemilu kada bisa dilakukan bebas tanpa
intimidasi. “Kalau Pemilu Kada bisa dilakukan bebas tanpa intimidasi,
tidak ada masalah dengan dinasti itu,” ujarnya.[metrotvnews.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar