Tentara
Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (Banjir Ambarita/Papua)
PENA News | Kepolisian menetapkan enam tersangka
dalam penyerangan Markas Polsek Pirime dan baku tembak dengan rombongan Kapolda
Papua Irjen Tito Carnavian usai meninjau Mapolsek Pirime.
Mereka berinisial, KW (40), LK (22), TW (24), GK (35), DT (45), dan TT
(17). Keenamnya ditangkap Kamis 29 November 2012, di Kampung Muaragame, Distrik
Pyramid, Kabupaten Jayawijaya.
"Semua akan kami proses sesuai hukum. Masih penyelidikan," begitu
kata Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyoal pengungkapan kasus tersebut, Senin
3 Desember 2012.
Keenam tersangka itu ditangkap pada Kamis 29 November 2012, di salah satu
posko di Muaragame Distrik Pyramid.
Saat penggeledahan ditemukan 2 bendera Bintang Kejora, 959 kartu
keanggotaan TPM/OPM, 1 bendera Amerika, Inggris, Papua Nugini dan bendera
Komite Nasional Papua Barat. Serta 5 buku harian markas besar TPN/OPM, 1 buah
laptop dan 1 buah parang.
Juru bicara Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya menjelaskan, keenam
tersangka dijerat Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 dan pasal 106
KUHP.
"Untuk keterlibatannya, mereka masih satu kelompok atau satu jaringan
yang memberikan dukungan terhadap penyerangan Polsek," ujar Sumerta kepada
VIVAnews.
Sempat ditahan. Tapi tak lama lima tersangka yakni, KW, LK, TW, GK dan TT
diberi penangguhan penahanan dan hanya dikenakan wajib lapor, karena dinilai
kooperatif. "Sedangkan DT, karena disamping tidak kooperatif juga
merupakan DPO kasus makar tahun 2010. Maka dilakukan penahanan," katanya.
Selain enam orang itu, polisi juga telah menangkap YW (40). Namun,
statusnya belum tersangka. YW ditangkap Selasa 27 November 2012, tak lama
setelah aksi penyerangan Polsek Pirime.
Saat ini YW masih dirawat di RSUD Wamena, karena ketika akan diamankan dia
melawan petugas dengan parang. Sehingga polisi terpaksa menembak kaki kirinya.
Polda Papua mengidentifikasi bahwa kelompok penyerang Polsek Pirime adalah
pecahan dari kelompok Goliat Tabuni, pimpinan OPM wilayah Pegunungan Papua.
"Ada cekcok dalam kelompok OPM di pegunungan. Kelompok yang
menyerang Polsek Pirime melakukan kegiatan tanpa komando Goliat Tabuni.
Mereka ingin menunjukan mereka mampu," kata Sumerta.
Goliat Tabuni keberatan. Dia menolak bertanggungjawab atas peristiwa
penyerangan di Polsek Pirime, yang berada di wilayah Lany Jaya. Sebab wilayah
mereka berada di Puncak Jaya.
"Ada kelompok lain yang beroperasi di sana," kata Goliat Tabuni
saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Rabu 28 November 2012. Goliat
Tabuni juga membantah penyerang adalah bekas kelompoknya. "Mereka bukan
bekas anggota kami, dan bukan di bawah komando kami," katanya.
Tapi Goliat Tabuni menyatakan, bahwa pelaku penyerangan adalah anggota
Matias Wenda, yang merupakan Panglima OPM yang bermarkas di Viktoria atau
perbatasan RI-PNG dan beroperasi di Lany Jaya.
Menurutnya, kelompok yang selama ini bergerilya di Lany Jaya adalah
kelompok Enggen Wanimbo, Torang Wenda, Rambo Wenda, Yona Wenda, Bakar Wenda,
Opinus Wenda, Eli Wakur. "Mereka itu sudah lama ada di Lany Jaya,"
katanya.
OPM didukung asing
Baku tembak antara aparat gabungan TNI-Polri dengan kelompok sipil, yang diduga
Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali terjadi, Senin 3 Desember 2012 sekitar
pukul 08.45 WIT. Aksi saling tembak itu terjadi di Jalan Bokon Distrik Tiom
Lany Jaya.
Juru bicara Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya menjelaskan, aksi baku
tembak terjadi saat kelompok OPM itu berupaya masuk ke Tiom.
Aparat yang melakukan penjagaan ketat -pasca penyerangan Polsek Pirime-
kemudian menghalau. Kontak senjata pun tak terhindarkan.
Baku tembak berlangsung selama beberapa menit. Seorang warga bernama Ferdi
Turuallo (25), yang berada di lokasi tewas tertembak di bagian kepala. Kontak
senjata terhenti setelah kelompok OPM mundur dan masuk kembali ke hutan. Tidak
diketahui, apakah ada anggota OPM yang tertembak.
Setelah baku tembak itu, untuk meningkatkan pertahanan, Polda Papua
menambah pasukan. Satu SST (Satuan Setingkat Peleton) pasukan Brimob
diterjunkan ke Tiom Lany Jaya.
Pasukan itu untuk mendukung pasukan yang sebelumnya sudah dikirim ke Lany
Jaya pasca penyerangan Polsek Pirime, pada 27 November 2012. "Di sana
memang sudah ada 2 SST Brimob dan 1 SST TNI dari Yonif 756, satu SST yang kirim
lagi untuk mem-back up mereka," ujar Sumerta.
Dari hasil penyelidikan, kelompok bersenjata yang beraksi di Lany Jaya
diperkirakan 100 orang dan memiliki senjata sekitar 20 pucuk. "Dan terus
bergerak berpindah-pindah dengan membawa senjata hasil rampasan," ucapnya.
Untuk saat ini pihaknya belum menemukan adanya perdagangan senjata gelap
untuk menyokong persenjataan kelompok yang beroperasi di Lany Jaya. "Beda
dengan di Paniai, memang sudah ada," ucapnya.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto menduga ada
kepentingan pihak asing di wilayah Papua. Hal ini terlihat bersamaan dengan
perayaan hari ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada Sabtu 1 Desember
2012.
Wanipenko Shapirenko alias Artem, warga Ukraina ditangkap petugas Polres
Manokwari, Papua Barat, karena diduga mendukung perayaan HUT OPM. Arten
ditangkap ketika keluar Kantor Barat, usai mengikuti ibadah syukur yang
dilakukan warga pendukung OPM.
"Organisasi-organisasi yang selalu bersuara di luar negeri. Pasti ada.
Di luar-luar itu kan juga suara-suara seperti itu selalu digaungkan. Di Inggris
kemarin juga ada, di Amerika masih ada," kata Djoko di Istana Negara,
Jakarta, Senin, 3 Desember 2012.
Meski begitu, menurut Djoko, ancaman dari luar itu sebaiknya tidak direspon
berlebihan. Tapi justru diperlihatkan dengan membangun Papua menjadi lebih
maju.
"Kita membangun Papua, kita percepat, kita perluas. Policy lima
kebijakan dasar presiden untuk Papua yang menjawab itu," ujarnya.
Djoko mengakui secara geografis, wilayah Papua yang banyak hutan tentu
membawa keuntungan bagi gerakan-gerakan separatis. Mereka bisa lebih leluasa
bergerak dan bersembunyi, menunggu aparat lengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar